Pemerolehan
Bahasa Kedua
A. Pengertian
dan Pemerolehan Bahasa Kedua
Bahasa kedua adalah
bahasa yang dikuasai oleh seseorang melalui belajar secara formal. Secara umum
tipe pemerolehan bahasa kedua dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1.
Secara
terpimpin,
Pemerolehan bahasa kedua secara
terpimpin dilakukan melalui aktivitas pembelajaran, baik di sekolah maupun
kursus atau les. Bahasa yang dipelajari bersifat formal dan baku.
2.
Secara
alamiah,
Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah
dilakukan secara spontan.
3.
Secara
terpimpin dan alamiah.
Kunci
keberhasilan belajar bahasa kedua adalah kemauan belajar, keberanian
mempraktekkan dalam situasi real, dan keintensifan dalam berkomunikasi dengan
bahasa kedua.
B. Teori
Pemerolehan Bahasa Kedua
Ellis (1986) telah
mengidentifikasi tujuh teori pemerolehan bahasa kedua yang terdiri dari model
akulturasi, teori akomodasi, teori wacana, teori monitor, model kompetensi
variabel, hipotesis universal, dan teori neurofungsional.
1. Model
Akulturasi
Akulturasi
adalah proses adaptasi atau penyesuaian dengan kebudayaan baru. Akulturasi
ditentukan oleh jarak sosial dan jarak psikologis antara pembelajar dengan
budaya bahasa sasaran. Jarak sosial adalah pengaruh faktor-faktor pembelajar
sebagai anggota masyarakat yang harus berhubungan dengan masyarakat pemilik
bahasa kedua. Jarak psikologis adalah pengaruh faktor afeksi pembelajar sebagai
pribadi pembelajar.
Faktor-faktor
yang menentukan jarak sosial antara kelompok B1 dan B2 adalah :
1.
Kesamaan
derajat sosial,
2.
Timbulnya
keinginan asimilasi,
3.
Saling
terlibatnya antar kedua kelompok,
4.
Kelompok
belajar B2 kecil dan tidak kohesif,
5.
Kesesuaian
budaya,
6.
Saling
memiliki sifat positif, dan
7.
Lama
tidaknya berasimilasi antara kelompok B1 dan B2.
Faktor-faktor penentu jarak psikologis yang
sebenarnya lebih bersifat afektif, meliputi kejutan bahasa, guncangan budaya,
motivasi, dan batas-batas keakuan. (Ellis, 1986; Cahyono, 1995; Ardiana dan
Shodiq, 2000)
2. Teori
Akomodasi
Teori akomodasi
menyatakan bahwa hubungan masyarakat B1 dengan B2 dalam berinteraksi sangat
menentukan pemerolehan B2. Faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan
pembelajar dalam mempelajari B2, yaitu :
a.
Anggapan
pembelajar B2 bahwa dirinya adalah masyarakat bagian dari masyarakat B2.
b.
Tidak
memandang rendah kelompok masyarakat B2,
c.
Persepsi
pembelajar tentang pentingnya etnolinguistik.
d.
Terbuka
dan tidak ketat dalam mempersepsikan batas kelompok B1 dengan B2.
e.
Pembelajar
B1 mengidentifikasi diri sama kuat dan memuaskannya dengan kelompok sosial
lainnya.
3. Teori
wacana
Teori wacana
menekankan pentingnya pembelajar B2 menemukan makna bahasa melalui
keterlibatannya dalam berkomunikasi.
Prinsip utama
dalam teori wacana, yaitu :
a.
Pemerolehan
B2 mengikuti urutan alamiah dalam perkembangan sintaksis.
b.
Penutur
asli akan menyesuaikan tuturannya untuk mencapai makna yang disepakati bersama
penutur nonasli.
c.
Strategi
percakapan yang ditempuh untuk mencapai makna yang disepakati dan masukan memengaruhi
kecepatan dan urutan pemerolehan B2.
Menurut teori ini interaksi sosial sangat penting
karena dapat memberikan data terbaik bagi pembelajar untuk dapat diolah di
otak.
4. Model
monitor
Monitor adalah
proses konstruksi kreatif dalam berbahasa. Dalam teori ini terdapat lima
hipotesis yang memengaruhi pemerolehan B2, yaitu :
a.
Hipotesis
pemerolehan-pembelajaran
Penguasaan B2
dilakukan melalui pemerolehan dan belajar. Pemerolehan berlangsung tanpa sadar
akibat keterlibatan pembelajar B2 dalam komunikasi langsung. Belajar B2
dilakukan secara sadar dalam situasi yang relatif formal.
b.
Hipotesis
urutan alamiah
Proses
penguasaan B2 (terutama pada orang dewasa) cenderung lebih dulu menguasai aspek
tata bahasa daripada lainnya. Dalam berkomunikasi, pembelajar B2 akan
menggunakan urutan baku.
c.
Hipotesis
monitor
Monitor
merupakan piranti yang digunakan oleh pembelajar untuk menyunting tampilan
bahasanya berdasarkan pengetahuan yang telah dipelajari dan mengubah ucapan
yang dihasilkan berdasarkan pengetahuan yang diperolehnya. Proses ini
berlangsung sebelum dan setelah ucapan berlangsung.
d.
Hipotesis
masukan
Hipotesis ini terdiri dari
prinsip-prinsip berikut :
1.
Masukan
terjadi pada proses pemerolehan, bukan pada pembelajaran.
2.
Pemerolehan
akan terjadi apabila pembelajar memahami masukan bahasa yang setingkat lebih
tinggi dari tingkat pemahaman bahasa pembelajar saat itu.
e.
Hipotesis
saringan afektif
Saringan afektif
menentukan seberapa banyak masukan yang akan diserap oleh pembelajar. Sikap
terbuka menyebabkan masukan yang diterima lebih maksimal. Faktor penentu
penerimaan masukan adalah motivasi, rasa percaya diri, dan tingkat kecemasan.
5. Model
kompetensi Variabel
Model ini
menyatakan bahwa cara seseorang mempelajari bahasa akan mencerminkan cara orang
itu menggunakan bahasa yang dipelajarinya. Produk penggunaan bahasa terdiri
dari produk bahasa yang tidak terencana sampai terencana. Produk yang tidak
terencana adalah wujud penggunaan bahasa yang penyampaiannya bersifat spontan,
tanpa persiapan, dan tanpa pemikiran yang matang. Penggunaan bahasa ini terjadi
dalam penggunaan bahasa rutin, seperti tutur sapa, percakapan.
Produk bahasa yang direncanakan
merupakan wujud penggunaan bahasa yang pengungkapannya didahului persiapan dan
pemikiran yang cukup matang. Penggunaan bahasa ini umumnya terjadi pada dalam
aktivitas berbahasa resmi, seperti berpidato, sambutan, dan diskusi resmi.
Prinsip-prinsip model kompetensi variabel,
yaitu :
a.
Pembelajar
menyimpan pengetahuan tinggal yang berisi kaidah-kaidah bahasa antara.
b.
Pembelajar
memiliki kemampuan menggunakan bahasa. Kemampuan itu berbentuk :
1.
Proses
wacana primer, yang berperan memunculkan wacana yang tidak direncanakan dan
dihasilkan berdasarkan pada pengetahuan otomatis yang tidak teranalisis
pembelajar.
2.
Proses
wacana sekunder, yang berfungsi menghasilkan wacana yang direncanakan
berdasarkan pada pengetahuan yang teranalisis pembelajar.
3.
Proses
kognitif, yang membangun struktur konseptual pokok suatu pesan yang
disampaikan, pembandingan struktur tersebut dengan kerangka acuan yang
digunakan pasangan berbahasa, serta pengurangan unsur bahasa yang berlebihan.
c.
Tampilan
B2 merupakan variabel yang dihasilkan melalui proses primer dalam wacana yang
tidak terencana atau proses sekunder dalam wacana yang direncanakan.
d.
Perkembangan
pemerolehan B2, yaitu :
a.
Pemerolehan
kaidah-kaidah baru dari B2 melalui keterlibatan pembelajar dalam berbagai tipe
wacana.
b.
Pengaktifan
kaidah-kaidah B2 yang sudah ada sehingga dapat digunakan untuk wacana yang
tidak direncanakan.
6. Hipotesis
universal
Hipotesis
universal menyatakan bahwa anak menemukan kaidah-kaidah bahasa dengan bentuk
gramatika universal, yaitu gramatika
inti. Gramatika ini bersifat tak bermarkah,
artinya sesuai dengan kecenderungan bahasa. Kaidah-kaidah yang berada di luar
gramatika universal merupakan kaidah-kaidah pinggiran yang dipelajari tanpa
bantuan kaidah gramatika universal. Kaidah pinggiran bersifat bermarkah, artinya dalam beberapa hal
kaidah-kaidah itu bersifat kekecualian.
Dalam hipotesis
ini menyatakan bahwa terdapat kesemestaan bahasa yang menentukan proses
pemerolehan B2, yaitu :
a.
Kesemestaan
bahasa membantu mengatasi hambatan yang berpotensi muncul dalam bahasa antara (interlangue).
b.
Pembelajar
akan merasa lebih mudah memperoleh pola-pola yang sesuai dengan kesemestaan
daripada yang tidak sesuai. Kaidah-kaidah bahasa yang sesuai cenderung
dipelajari lebih dulu daripada yang tidak sesuai.
c.
Apabila
B1 menerapkan kesemestaan bahasa, maka B1 cenderung akan membantu perkembangan
penguasaan bahasa antara melalui transfer.
7. Teori
Neurofungsional
Teori ini
menyatakan adanya hubungan antara bahasa dengan anatomi syaraf. Belahan otak
kanan (daerah Wernickle) dan belahan otak kiri (daerah Brocka) menentukan
pemerolehan B2. Belahan otak kanan berkaitan dengan proses menyeluruh dan
berfungsi untuk merekam dan memproses ujaran yang berpola. Belahan otak kiri
berkaitan dengan penggunaan bahasa secara kreatif yang meliputi pemrosesan
sintaktik dan semantik, serta pengendali aktivitas berbicara dan menulis.
Pemerolehan B2 dapat diterangkan
menurut fungsi syaraf dengan memperhatikan dua hal.
a.
Fungsi
syaraf yang mana yang digunakan untuk berkomunikasi
b.
Tingkatan
mana dalam sistem syaraf tersebut yang dilibatkan.
0 komentar:
Posting Komentar