Senin, 06 Juni 2016

Pemerolehan Bahasa Kedua

Pemerolehan Bahasa Kedua
A.    Pengertian dan Pemerolehan Bahasa Kedua
Bahasa kedua adalah bahasa yang dikuasai oleh seseorang melalui belajar secara formal. Secara umum tipe pemerolehan bahasa kedua dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1.      Secara terpimpin,
Pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin dilakukan melalui aktivitas pembelajaran, baik di sekolah maupun kursus atau les. Bahasa yang dipelajari bersifat formal dan baku.
2.      Secara alamiah,
Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah dilakukan secara spontan.
3.      Secara terpimpin dan alamiah.
Kunci keberhasilan belajar bahasa kedua adalah kemauan belajar, keberanian mempraktekkan dalam situasi real, dan keintensifan dalam berkomunikasi dengan bahasa kedua.
B.     Teori Pemerolehan Bahasa Kedua
Ellis (1986) telah mengidentifikasi tujuh teori pemerolehan bahasa kedua yang terdiri dari model akulturasi, teori akomodasi, teori wacana, teori monitor, model kompetensi variabel, hipotesis universal, dan teori neurofungsional.
1.      Model Akulturasi
Akulturasi adalah proses adaptasi atau penyesuaian dengan kebudayaan baru. Akulturasi ditentukan oleh jarak sosial dan jarak psikologis antara pembelajar dengan budaya bahasa sasaran. Jarak sosial adalah pengaruh faktor-faktor pembelajar sebagai anggota masyarakat yang harus berhubungan dengan masyarakat pemilik bahasa kedua. Jarak psikologis adalah pengaruh faktor afeksi pembelajar sebagai pribadi pembelajar.


Faktor-faktor yang menentukan jarak sosial antara kelompok B1 dan B2 adalah :
1.      Kesamaan derajat sosial,
2.      Timbulnya keinginan asimilasi,
3.      Saling terlibatnya antar kedua kelompok,
4.      Kelompok belajar B2 kecil dan tidak kohesif,
5.      Kesesuaian budaya,
6.      Saling memiliki sifat positif, dan
7.      Lama tidaknya berasimilasi antara kelompok B1 dan B2.
Faktor-faktor penentu jarak psikologis yang sebenarnya lebih bersifat afektif, meliputi kejutan bahasa, guncangan budaya, motivasi, dan batas-batas keakuan. (Ellis, 1986; Cahyono, 1995; Ardiana dan Shodiq, 2000)
2.      Teori Akomodasi
Teori akomodasi menyatakan bahwa hubungan masyarakat B1 dengan B2 dalam berinteraksi sangat menentukan pemerolehan B2. Faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan pembelajar dalam mempelajari B2, yaitu :
a.       Anggapan pembelajar B2 bahwa dirinya adalah masyarakat bagian dari masyarakat B2.
b.      Tidak memandang rendah kelompok masyarakat B2,
c.       Persepsi pembelajar tentang pentingnya etnolinguistik.
d.      Terbuka dan tidak ketat dalam mempersepsikan batas kelompok B1 dengan B2.
e.       Pembelajar B1 mengidentifikasi diri sama kuat dan memuaskannya dengan kelompok sosial lainnya.
3.      Teori wacana
Teori wacana menekankan pentingnya pembelajar B2 menemukan makna bahasa melalui keterlibatannya dalam berkomunikasi.



Prinsip utama dalam teori wacana, yaitu :
a.       Pemerolehan B2 mengikuti urutan alamiah dalam perkembangan sintaksis.
b.      Penutur asli akan menyesuaikan tuturannya untuk mencapai makna yang disepakati bersama penutur nonasli.
c.       Strategi percakapan yang ditempuh untuk mencapai makna yang disepakati dan masukan memengaruhi kecepatan dan urutan pemerolehan B2.
Menurut teori ini interaksi sosial sangat penting karena dapat memberikan data terbaik bagi pembelajar untuk dapat diolah di otak.
4.      Model monitor
Monitor adalah proses konstruksi kreatif dalam berbahasa. Dalam teori ini terdapat lima hipotesis yang memengaruhi pemerolehan B2, yaitu :
a.       Hipotesis pemerolehan-pembelajaran
Penguasaan B2 dilakukan melalui pemerolehan dan belajar. Pemerolehan berlangsung tanpa sadar akibat keterlibatan pembelajar B2 dalam komunikasi langsung. Belajar B2 dilakukan secara sadar dalam situasi yang relatif formal.
b.      Hipotesis urutan alamiah
Proses penguasaan B2 (terutama pada orang dewasa) cenderung lebih dulu menguasai aspek tata bahasa daripada lainnya. Dalam berkomunikasi, pembelajar B2 akan menggunakan urutan baku.
c.       Hipotesis monitor
Monitor merupakan piranti yang digunakan oleh pembelajar untuk menyunting tampilan bahasanya berdasarkan pengetahuan yang telah dipelajari dan mengubah ucapan yang dihasilkan berdasarkan pengetahuan yang diperolehnya. Proses ini berlangsung sebelum dan setelah ucapan berlangsung.

d.      Hipotesis masukan
Hipotesis ini terdiri dari prinsip-prinsip berikut :
1.      Masukan terjadi pada proses pemerolehan, bukan pada pembelajaran.
2.      Pemerolehan akan terjadi apabila pembelajar memahami masukan bahasa yang setingkat lebih tinggi dari tingkat pemahaman bahasa pembelajar saat itu.
e.       Hipotesis saringan afektif
Saringan afektif menentukan seberapa banyak masukan yang akan diserap oleh pembelajar. Sikap terbuka menyebabkan masukan yang diterima lebih maksimal. Faktor penentu penerimaan masukan adalah motivasi, rasa percaya diri, dan tingkat kecemasan.
5.      Model kompetensi Variabel
Model ini menyatakan bahwa cara seseorang mempelajari bahasa akan mencerminkan cara orang itu menggunakan bahasa yang dipelajarinya. Produk penggunaan bahasa terdiri dari produk bahasa yang tidak terencana sampai terencana. Produk yang tidak terencana adalah wujud penggunaan bahasa yang penyampaiannya bersifat spontan, tanpa persiapan, dan tanpa pemikiran yang matang. Penggunaan bahasa ini terjadi dalam penggunaan bahasa rutin, seperti tutur sapa, percakapan.
            Produk bahasa yang direncanakan merupakan wujud penggunaan bahasa yang pengungkapannya didahului persiapan dan pemikiran yang cukup matang. Penggunaan bahasa ini umumnya terjadi pada dalam aktivitas berbahasa resmi, seperti berpidato, sambutan, dan diskusi resmi.
   Prinsip-prinsip model kompetensi variabel, yaitu :
a.       Pembelajar menyimpan pengetahuan tinggal yang berisi kaidah-kaidah bahasa antara.


b.      Pembelajar memiliki kemampuan menggunakan bahasa. Kemampuan itu berbentuk :
1.      Proses wacana primer, yang berperan memunculkan wacana yang tidak direncanakan dan dihasilkan berdasarkan pada pengetahuan otomatis yang tidak teranalisis pembelajar.
2.      Proses wacana sekunder, yang berfungsi menghasilkan wacana yang direncanakan berdasarkan pada pengetahuan yang teranalisis pembelajar.
3.      Proses kognitif, yang membangun struktur konseptual pokok suatu pesan yang disampaikan, pembandingan struktur tersebut dengan kerangka acuan yang digunakan pasangan berbahasa, serta pengurangan unsur bahasa yang berlebihan.
c.       Tampilan B2 merupakan variabel yang dihasilkan melalui proses primer dalam wacana yang tidak terencana atau proses sekunder dalam wacana yang direncanakan.
d.      Perkembangan pemerolehan B2, yaitu :
a.       Pemerolehan kaidah-kaidah baru dari B2 melalui keterlibatan pembelajar dalam berbagai tipe wacana.
b.      Pengaktifan kaidah-kaidah B2 yang sudah ada sehingga dapat digunakan untuk wacana yang tidak direncanakan.
6.      Hipotesis universal
Hipotesis universal menyatakan bahwa anak menemukan kaidah-kaidah bahasa dengan bentuk gramatika universal, yaitu gramatika inti. Gramatika ini bersifat tak bermarkah, artinya sesuai dengan kecenderungan bahasa. Kaidah-kaidah yang berada di luar gramatika universal merupakan kaidah-kaidah pinggiran yang dipelajari tanpa bantuan kaidah gramatika universal. Kaidah pinggiran bersifat bermarkah, artinya dalam beberapa hal kaidah-kaidah itu bersifat kekecualian.
           

Dalam hipotesis ini menyatakan bahwa terdapat kesemestaan bahasa yang menentukan proses pemerolehan B2, yaitu :
a.       Kesemestaan bahasa membantu mengatasi hambatan yang berpotensi muncul dalam bahasa antara (interlangue).
b.      Pembelajar akan merasa lebih mudah memperoleh pola-pola yang sesuai dengan kesemestaan daripada yang tidak sesuai. Kaidah-kaidah bahasa yang sesuai cenderung dipelajari lebih dulu daripada yang tidak sesuai.
c.       Apabila B1 menerapkan kesemestaan bahasa, maka B1 cenderung akan membantu perkembangan penguasaan bahasa antara melalui transfer.
7.      Teori Neurofungsional
Teori ini menyatakan adanya hubungan antara bahasa dengan anatomi syaraf. Belahan otak kanan (daerah Wernickle) dan belahan otak kiri (daerah Brocka) menentukan pemerolehan B2. Belahan otak kanan berkaitan dengan proses menyeluruh dan berfungsi untuk merekam dan memproses ujaran yang berpola. Belahan otak kiri berkaitan dengan penggunaan bahasa secara kreatif yang meliputi pemrosesan sintaktik dan semantik, serta pengendali aktivitas berbicara dan menulis.
            Pemerolehan B2 dapat diterangkan menurut fungsi syaraf dengan memperhatikan dua hal.
a.       Fungsi syaraf yang mana yang digunakan untuk berkomunikasi

b.      Tingkatan mana dalam sistem syaraf tersebut yang dilibatkan.

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.