BAB 1
Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang
Dalam
proses pembelajaran diperlukan adanya pendekatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Pendekatan yang diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar dinamakan pendekatan pembelajaran. Pendekatan merupakan dasar dalam
penentuan strategi yang akan diterapkan. Sebelum menerapkan berbagai macam
strategi, seorang guru lebih baik memahami terlebih dahulu pendekatan
pembelajaran seperti apa yang akan dilakukan. Pendekatan pembelajaran yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan
Pendekatan Keterampilan Proses (PKP).
1.2 Rumusan masalah
- Apa pengertian, rasional, dan kadar pendekatan
CBSA?
- Apa pengertian, rasional, dan jenis-jenis
keterampilan proses dalam pembelajaran?
- Bagaimana penerapan pendekatan
CBSA dan pendekatan keterampilan proses?
1.3 Tujuan
- Untuk mengetahui rasional, pengertian, dan
kadar pendekatan CBSA
- Untuk mengetahui pengertian,
rasional, dan jenis-jenis keterampilan proses.
- Untuk mengetahui cara penerapan
pendekatan CBSA dan pendekatan keterampilan proses.
BAB 2
Pembahasan
2.1 Pengertian, rasional,
dan kadar pendekatan CBSA
A. Pengertian pendekatan CBSA
Pendekatan
CBSA bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan. Setiap peristiwa
pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru dapat dipastikan adanya penerapan
pendekatan CBSA. Dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan CBSA, siswa
dianggap sebagai objek maupun subjek pembelajaran. Sehingga, proses
pembelajaran berorientasi pada siswa atau “student oriented”. Keaktifan siswa
dalam pendekatan CBSA menunjuk kepada keaktifan mental, baik intelektual maupun
emosional, meskipun untuk merealisasikannya dalam banyak hal dibutuhkan
keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik. Dalam pendekatan
CBSA, pembelajaran dilakukan melalui kegiatan, yaitu diskusi, membuat sesuatu,
mendengarkan, menulis laporan, memecahkan masalah, memberikan gagasan, dan
menyusun rencana.
Berdasarkan penjelasan
di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan CBSA dapat diartikan sebagai anutan
pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan
intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik
siswa apabila diperlukan (Dimyati, Mudjiono 2013:115). Pelibatan intelektual-emosional
dan fisik siswa serta optimalisasi dalam pembelajaran, bertujuan untuk
membelajarkan siswa bagaimana memperoleh dan memproses perolehan belajarnya
mengenai pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap.
B.
Rasional Pendekatan CBSA
Proses belajar
memerlukan adanya keterlibatan aktif dari orang yang belajar. Namun saat ini,
masih banyak kecenderungan dalam proses pembelajaran yang mematikan
keterlibatan aktif siswa. Guru lebih banyak mendominasi dalam kegiatan belajar
mengajar, sehingga menyebabkan siswa cenderung pasif. Siswa lebih banyak
mengandalkan dan menunggu guru untuk memberikan materi, dibandingkan mencari
sendiri informasi dan bahan-bahan belajar.
Melalui
pendekatan CBSA, guru hendaknya tidak hanya sekedar mengajar, menyampaikan
materi, keterampilan, dan sikap kepada peserta didik. Tetapi juga mengajarkan
kepada siswa konteks belajar bagaimana belajar mencari informasi, menemukan dan
meresapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Melalui CBSA, diharapkan
siswa dapat mengembangkan kapasitas belajar dan potensinya secara penuh,
menyadari dan dapat menggunakan segala sumber belajar yang ada di sekitarnya.
Siswa diharapkan dapat lebih terlatih, berpikir secara teratur, kritis, dan
tanggap dalam menyelesaikan masalah sehari-hari, serta lebih terampil dalam
mencari, menggali, dan mengembangkan informasi yang bermakna baginya.
Pelaksanaan proses
pembelajaran dengan pendekatan CBSA dilakukan dengan cara mengoptimalkan segala
potensi yang ada dalam diri peserta didik melalui penyediaan lingkungan
belajar, meliputi guru, media pembelajaran, bahan pelajaran, dan suasana kelas.
Dalam proses pembelajaran ini peranan guru bukanlah sebagai pemberi materi
kepada siswa, melainkan sebagai fasilitator bagi siswa. Siswa aktif belajar, sedangkan
guru berperan dalam memberikan bantuan, pelayanan, serta fasilitas bagi siswa.
Melalui proses belajar CBSA diharapkan guru bisa bekerja secara profesional,
mengajar secara sistematis, dan berpikir bagaimana menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran aktif melalui strategi-strategi yang tepat. Penerapan CBSA ini
lambat laun akan mencetak guru-guru yang dalam menyesuaikan diri terhadap
perubahan lingkungan alam dan sosial budaya.
C. Kadar CBSA dalam Pembelajaran
Kadar
CBSA ini terjadi sebagai akibat dari adanya kecenderungan peristiwa
pembelajaran, yakni pembelajaran yang berorientasi pada guru dan pembelajaran
yang berorientasi pada siswa. Kadar CBSA bergantung pada keterlibatan aktif
siswa dalam proses pembelajaran. CBSA akan menunjukkan kadar yang tinggi jika
pembelajaran berorientasi pada siswa, namun akan sebaliknya jika pembelajaran
cenderung berorientasi pada guru. Kadar CBSA dalam proses pembelajaran, yaitu
kadar tinggi, kadar sedang, dan kadar rendah.
Mc Keachie mengemukakah
tujuh dimensi proses pembelajaran yang mengakibatkan terjadinya kadar
ke-CBSA-an. Adapun dimensi-dimensi yang dimaksud adalah (Dimyati, Mudjiono
2013:119) :
1. Partisipasi
siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran,
2. Tekanan
pada aspek afektif dalam belajar,
3. Partisipasi
siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi
antarsiswa,
4. Kekohesifan
(kekompakan) kelas sebagai kelompok,
5. Kebebasan
atau lebih tepat kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil
keputusan-keputusan penting dalam kehidupan sekolah,
6. Jumlah
waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik yang
berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan sekolah/pembelajaran.
Menurut
Raka Joni (1992:19-20), sekolah yang ber-CBSA dengan baik mempunyai karakteristik
berikut :
a. Pembelajaran
yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa berperan lebih aktif
dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri, siswa berperan serta pada
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses belajar, pengalaman siswa lebih
diutamakan dalam memutuskan titik tolak kegiatan.
b. Guru
adalah pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar, guru bukan satu-satunya
sumber informasi, guru merupakan salah satu sumber belajar, yang memberikan
peluang bagi siswa agar dapat memperoleh pengetahuan/keterampilan melalui usaha
sendiri, dapat mengembangkan motivasi dari dalam dirinya, dan dapat
mengembangkan pengalaman untuk membuat suatu karya.
c. Tujuan
kegiatan tidak hanya untuk sekedar mengejar standar akademis, selain pencapaian
standar akademis, kegiatan ditekankan untuk mengembangkan kemampuan siswa
secara utuh dan setimbang.
d. Pengelolaan
kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa, dan
memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep-konsep dengan mantap.
e. Penilaian,
dilaksanakan untuk mengamati dan mengukur kegiatan dan kemajuan siswa, serta
mengukur berbagai keterampilan yang dikembangkan misalnya keterampilan
berbahasa, keterampilan sosial, keterampilan matematika, dan keterampilan
proses dalam IPA dan keterampilan lainnya, serta mengukur hasil belajar siswa.
2.2
Pengertian dan Jenis-jenis Keterampilan Proses
A. Pengertian Pendekatan Keterampilan
Proses
Menurut
Conny (1992) dalam bukunya Nyimas Aisyah (2011) pendekatan keterampilan proses
pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan belajar-mengajar yang terfokus pada
pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil
belajar. Pendekatan keterampilan proses akan efektif jika sesuai dengan kemampuan
intelektual siswa. Oleh karena itu, pendekatan ini harus tersusun secara urut
dan logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa.
Pendekatan Keterampilan Proses bukanlah
tindakan instruksional yang berada di luar kemampuan siswa. Namun, pendekatan
keterampilan proses justru berfungsi untuk mengembangkan kemampuan yang
dimiliki siswa. Pendekatan keterampilan proses memberikan kesempatan secara
nyata bagi siswa untuk bertindak sebagai seorang ilmuwan. Konsekuensi yang
harus diterima adalah guru tidak saja dituntut untuk mengembangkan keterampilan
memperoleh dan memproses ilmu pengetahuan. Namun juga mengembangkan sikap dan
nilai seorang ilmuwan dalam diri siswa.
Pendidikan keterampilan proses menuntut adanya
keterlibatan fisik maupun mental-intelektual siswa. Pendidikan keterampilan
proses tidak mungkin dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran yang tidak
menerapkan CBSA. Pendidikan keterampilan proses akan berjalan secara optimal
jika kadar CBSA tinggi. Pendidikan keterampilan proses berinteraksi secara
timbal-balik dengan penerapan CBSA dalam proses pembelajaran.
B. Rasional Pendekatan Keterampilan Proses
Terdapat
dua aspek penting dalam kegiatan pembelajaran, yaitu :
1. Aspek
pertama adalah aspek hasil belajar yakni adanya perubahan perilaku dalam diri
siswa.
2. Aspek
kedua adalah aspek proses belajar yakni sejumlah pengalam intelektual,
emosional, dan fisik yang ada pada diri siswa.
Tujuan pokok penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran di sekolah haruslah membelajarkan siswa bagaimana
belajar. Sekarang, guru bukan lagi berperan sebagai komunikator. Oleh karena
itu, tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran do sekolah secara operasional
adalah membelajarkan siswa agar mampu memproses dan memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap bagi dirinya sendiri.
Namun
faktanya, penyelenggaraan kegiatan pembelajaran seperti yang dijelaskan di atas
tidak sepenuhnya terwujud dalam pembelajaran di sekolah. Kegiatan pembelajaran
di sekolah sering kali didasarkan pada dua premis, yaitu :
1. Siswa
belajar bukan karena hal yang dipelajarinya menarik atau menyenangkan baginya,
tetapi siswa belajar hanya karena ingin menghindarkan diri dari ketidaksenangan
bila ia tidak belajar. Dari premis di atas. Timbul tindakan yang mengondisikan
adanya ancaman tidak naik kelas, nilai rendah, hukuman, dan yang lain agar
siswa belajar.
2. Guru
merupakan “motor penggerak” yang membuat siswa untuk terus menerus belajar,
sedangkan dalam diri siswa tidak ada kegiatan belajar spontan. Sedangkan, siswa
sering kali dianggap “gentong kosong” yang harus diisi oleh guru dengan ilmu
pengetahuan.
Adanya
dua premis di atas menyebabkan kegiatan pembelajaran cenderung menjadi kegiatan
“penjajahan” daripada kegiatan “pemanusiaan”. Karena siswa benar-benar
dijadikan objek kegiatan pembelajaran.
Penerapan
Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) diperlukan untuk mencapai kegiatan
pembelajaran yang ideal dan realistis sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang
diidealkan pada penjelasan sebelumnya.
Penerapan
PKP dalam kegiatan pembelajaran didasarkan pada hal-hal berikut, yaitu :
a.
Percepatan perubahan ilmu pengetahuan
dan teknologi
Percepatan
perubahan IPTEK ini tidak memungkinkan bagi guru untuk bertindak sebagai
satu-satunya penyalur fakta dan teori-teori. Maka diperlukan adanya
pengembangan keterampilan memperoleh dan memproses fakta, konsep, dan prinsip
pada diri siswa.
b.
Pengalaman intelektual, emosional, dan
fisik dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal
Kegiatan pembelajaran mampu memberikan kesempatan bagi
siswa untuk unjuk-kerja melalui sejumlah keterampilan memproses fakta, konsep,
dan prinsip yang dibutuhkan.
c. Penanaman
sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi keberadaan ilmu
Menuntuk
adanya pengelana terhadap tata cara pemerolehan dan pemrosesan kebenaran ilmu
yang bersifat sementara. Hal ini akan mengarahkan siswa pada kesadaran akan
keterbatasan dan keunggulan manusia, dibandingkan dengan keterbatasan dan
keunggulan teknologi.
3.
Jenis-Jenis
Keterampilan Proses
Keterampilan-keterampilan
dalam keterampilan proses dibagi menjadi dua, yaitu keterampilan dasar dan
keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar dalam keterampilan proses dapat
dikelompokkan menjadi tujuh keterampilan proses, yaitu mengamati,
menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan, penelitian,
dan mengomunikasikan. Keterampilan-keterampilan proses tidak dapat dikembangkan
pada semua bidang studi untuk semua keterampilan yang ada. Hal ini menuntut
adanya kemampuan guru untuk mengenal karakteristik bidang studi dan pemahaman
terhadap masing-masing keterampilan proses.
a.
Mengamati
Kemampuan
mengamati merupakan kemampuan paling dasar dalam memperoleh ilmu pengetahuan
serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan
proses yang lain.
Mengamati
memiliki dua sifat utama, yaitu sifat kualitatif dan sifat kuantitatif.
- Bersifat
kualitatif, jika hanya menggunakan pancaindra untuk memperoleh informasi.
- Bersifat
kuantitatif, jika dalam mengamati tidak hanya menggunakan pancaindra tetapi
juga menggunakan peralatan lain untuk memberikan informasi yang tepat.
b.
Mengklasifikasi
Mengklasifikasikan
merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa
berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan atau kelompok
sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud.
c.
Mengomunikasikan
Mengomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan
memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan, dalam bentuk suara,
visual, dan suara visual.
d.
Mengukur
Mengukur dapat diartikan sebagai
membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya.
e.
Memprediksi
Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat
ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan
perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta,
konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.
f.
Menyimpulkan
Menyimpulkan dapat diartikan sebagai
suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa
berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui.
Sedangkan
keterampilan terintegrasi, diuraikan sebagai berikut :
1. Mengenali
variabel
Kegiatan
yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan mengenali variabel,
yaitu menentukan variabel yang ada dalam suatu pernyataan, membedakan suatu
pernyataan sebagai variabel bebas atau terikat, dan memberikan contoh variabel.
2. Membuat
tabel data
Keterampilan
membuat tabel data perlu dibelajarkan kepada siswa karena fungsinya yang
penting untuk menyajikan data yang diperlukan penelitian.
3. Membuat
grafik
Keterampilan
membuat grafik adalah kemampuan mengolah data untuk diajikan dalam bentuk
visualisasi garis atau bidang datar dengan variabel termanipulasi selalu pada
sumbu datar dan variabel hasil selalu ditulis pada sumbu vertikal.
4. Menggambarkan
hubungan antar variabel
Keterampilan
hubungan antar variabel dapat diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikan
hubungan antar variabel termanipulasi dengan variabel hasil. Atau dengan kata
lain, hubungan antar variabel-variabel yang sama.
5. Mengumpulkan
dan mengolah data
Keterampilan
mengumpulkan dan mengolah data adalah kemampuan memperoleh informasi atau data
dari orang atau sumber informasi lain, secara lisan, tertulis, atau pengamatan
dan mengkajinya lebih lanjut secara kualitatif atau kuantitatif sebagai dasar
pengujian hipotesis atau penyimpulan.
6. Menganalisis
penelitian
Keterampilan
menganalisis penelitian merupakan kemampuan menelaah laporan penelitian orang
lain untuk meningkatkan pengenalan terhadap unsur-unsur penelitian.
7. Menyusun
hipotesis
Keterampilan
menyusun hipotesis dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyatakan dugaan
yang dianggap benar mengenai adanya suatu faktor yang terdapat dalam satu
situasi, maka akan ada akibat tertentu yang dapat diduga akan timbul.
8. Mendefinisikan
variabel
Keterampilan
mendefinisikan variabel dapat diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikan
variabel beserta segala atribut sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda.
9. Merancang
penelitian
Merancang
penelitian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mendeskripsikan
variabel-variabel yang dimanipulasi dan direspons dalam penelitian secara
operasional, kemungkinan dikontrolnya variabel hipotesis yang uji dan cara
mengujinya, serta hasil yang diharapkan dari penelitian yang akan dilaksanakan.
10. Bereksperimen
Bereksperimen
dapat diartikan sebagai keterampilan untuk mengadakan pengujian terhadap
ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan
sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide tersebut.
2.3 Penerapan Pendekatan CBSA dan
Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran
A.
Penerapan
Pendekatan CBSA dalam Pembelajaran
Peningkatan kadar CBSA
dari suatu proses pembelajaran berarti mengarahkan proses pembelajaran yang
berorientasi pada siswa. Konsekuensi yang harus diterima dari adanya
pembelajaran berdasarkan siswa, yaitu :
1. Guru
merupakan seorang pengelola dan perancang dalam proses pembelajaran.
2. Guru
dan siswa menerima peran kerja sama.
3. Bahan-bahan
pembelajar telah dipilih berdasarkan kelayakannya.
4. Penting
untuk melakukan identifikasi dan penuntasan syarat-syarat belajar.
5. Siswa
dilibatkan dalam pembelajaran.
6. Tujuan
ditulis secara jelas.
7. Semua
tujuan diukur/dites.
Untuk dapat mengelola
dan merancang program pembelajaran dan proses pembelajaran, guru hendaknya
mengenal faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran. Faktor-faktor tersebut,
yaitu :
a.
Karakteristik tujuan, mencakup
pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang ingin dicapai atau ditingkatkan
sebagai hasil kegiatan.
b.
Karakteristik mata pelajaran atau bidang
studi, meliputi tujuan, isi pelajaran, urutan, dan cara mempelajarinya.
c.
Karakteristik siswa, mencakup
karakteristik perilaku, masukan kognitif dan afektif, usia, jenis kelamin, dan
yang lain.
d.
Karakteristik lingkungan atau setting
pembelajaran, mencakup kuantitas dan kualitas prasarana, alokasi jam pertemuan,
dan yang lain.
e.
Karakteristik guru, meliputi filosofinya
tentang pendidikan dan pembelajaran, kompetensinya dalam teknik pembelajaran,
kebiasaannya, pengalaman pendidikannya, dan yang lain.
Agar seorang guru mampu menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran yang memiliki kadar CBSA tinggi, maka dalam memilih dan
menentukan teknik pembelajaran atau sistem penyampaian hendaknya benar-benar mempertimbangkan
kemanfaatan teknik pembelajaran yang dipilihnya.
Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai
prosedur rutin atau suatu cara yang telah ditentukan sebelumnya untuk
menyampaikan pesan dengan bahan, alat, latar, dan orang, yang pada akhirnya akan
membentuk sistem instruksional.
Teknik pembelajaran harus sesuai dengan
karakteristik guru, karakteristik tujuan, karakteristik mata pelajaran atau bidang
studi, karakteristik siswa, dan karakteristik bahan alat pembelajaran.
Seiring dengan meningkatnya kemampuan guru
sebagai katalisator dalam kegiatan pembelajaran, meningkat pula kadar CBSA
dalam proses pembelajaran yang diselenggarakannya. Kadar CBSA dalam suatu
proses pembelajaran terlihat sejak guru membuat persiapan pembelajaran, yakni
pada jabaran kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru maupun siswa.
B.
Penerapan
Pendekatan Keterampilan Proses dalam Proses Pembelajaran
Untuk
dapat menerapkan PKP dalam pembelajaran, guru perlu mempertimbangkan dan
memperhatikan karakteristik mata pelajaran atau bidang studi. Selain itu, guru
juga perlu memahami bahwa dalam suatu pembelajaran dapat terjadi pengembangan
lebih dari satu macam keterampilan proses.
Penerapan keterampilan
dasar dalam PKP tidak hanya berhenti pada jenjang Sekolah Dasar, tetapi
diterapkan pada semua jenjang pendidikan untuk mendukung penerapan keterampilan
terintegrasi PKP.
Penjelasan teoritis
tentang keterampilan terintegrasi PKP diperlukan agar siswa mudah dalam
melakukannya. Keterampilan terintegrasi PKP merupakan keterampilan melaksanakan
suatu kegiatan penelitian, maka penerapannya dalam pembelajaran hendaknya
dilakukan sesuai dengan urutan hierarki. Artinya, sebelum satu keterampilan
benar-benar dikuasai oleh siswa jangan berpindah kepada keterampilan yang lain.
BAB 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Guru dan siswa merupakan pelaku utama
dalam kegiatan pembelajaran. Interaksi antara keduanya sangat diperlukan demi
tercapainya tujuan dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran yang
selama ini ditemui, guru memiliki peran yang lebih dominan dibanding siswa.
Sehingga hal ini akan menyulitkan tercapainya tujuan dari kegiatan pembelajaran
tersebut. Hal ini dapat diperbaiki dengan diterapkannya pendekatan CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif) yang mengoptimalkan keterlibatan intelektual, emosional,
dan fisik siswa dalam pemerolehan pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan.
Selain itu, penerapan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) juga diperlukan
dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini mengembangkan keterampilan
intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan siswa sendiri.
Dalam proses pembelajaran penerapan PKP berinteraksi timbal-balik dengan
penerapan CBSA.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati,
Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta.
0 komentar:
Posting Komentar