Senin, 06 Juni 2016

Belajar dan Pembelajuaran Siswa SD



BAB 1
Pendahuluan
1.1    Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran diperlukan adanya pendekatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pendekatan yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar dinamakan pendekatan pembelajaran. Pendekatan merupakan dasar dalam penentuan strategi yang akan diterapkan. Sebelum menerapkan berbagai macam strategi, seorang guru lebih baik memahami terlebih dahulu pendekatan pembelajaran seperti apa yang akan dilakukan. Pendekatan pembelajaran yang akan dibahas dalam makalah ini adalah pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP).
1.2  Rumusan masalah
            -  Apa pengertian, rasional, dan kadar pendekatan CBSA?
            - Apa pengertian, rasional, dan jenis-jenis keterampilan proses dalam pembelajaran?
            - Bagaimana penerapan pendekatan CBSA dan pendekatan keterampilan proses?
1.3 Tujuan
            -  Untuk mengetahui rasional, pengertian, dan kadar pendekatan CBSA
            - Untuk mengetahui pengertian, rasional, dan jenis-jenis keterampilan proses.
            - Untuk mengetahui cara penerapan pendekatan CBSA dan pendekatan keterampilan proses.








BAB 2
Pembahasan

2.1 Pengertian, rasional,  dan kadar pendekatan CBSA
       A. Pengertian pendekatan CBSA
                        Pendekatan CBSA bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan. Setiap peristiwa pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru dapat dipastikan adanya penerapan pendekatan CBSA. Dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan CBSA, siswa dianggap sebagai objek maupun subjek pembelajaran. Sehingga, proses pembelajaran berorientasi pada siswa atau “student oriented”. Keaktifan siswa dalam pendekatan CBSA menunjuk kepada keaktifan mental, baik intelektual maupun emosional, meskipun untuk merealisasikannya dalam banyak hal dibutuhkan keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik. Dalam pendekatan CBSA, pembelajaran dilakukan melalui kegiatan, yaitu diskusi, membuat sesuatu, mendengarkan, menulis laporan, memecahkan masalah, memberikan gagasan, dan menyusun rencana.
                        Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan CBSA dapat diartikan sebagai anutan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan (Dimyati, Mudjiono 2013:115). Pelibatan intelektual-emosional dan fisik siswa serta optimalisasi dalam pembelajaran, bertujuan untuk membelajarkan siswa bagaimana memperoleh dan memproses perolehan belajarnya mengenai pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap.
      
       B. Rasional Pendekatan CBSA
                        Proses belajar memerlukan adanya keterlibatan aktif dari orang yang belajar. Namun saat ini, masih banyak kecenderungan dalam proses pembelajaran yang mematikan keterlibatan aktif siswa. Guru lebih banyak mendominasi dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga menyebabkan siswa cenderung pasif. Siswa lebih banyak mengandalkan dan menunggu guru untuk memberikan materi, dibandingkan mencari sendiri informasi dan bahan-bahan belajar.
                        Melalui pendekatan CBSA, guru hendaknya tidak hanya sekedar mengajar, menyampaikan materi, keterampilan, dan sikap kepada peserta didik. Tetapi juga mengajarkan kepada siswa konteks belajar bagaimana belajar mencari informasi, menemukan dan meresapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
                        Melalui CBSA, diharapkan siswa dapat mengembangkan kapasitas belajar dan potensinya secara penuh, menyadari dan dapat menggunakan segala sumber belajar yang ada di sekitarnya. Siswa diharapkan dapat lebih terlatih, berpikir secara teratur, kritis, dan tanggap dalam menyelesaikan masalah sehari-hari, serta lebih terampil dalam mencari, menggali, dan mengembangkan informasi yang bermakna baginya.
                        Pelaksanaan proses pembelajaran dengan pendekatan CBSA dilakukan dengan cara mengoptimalkan segala potensi yang ada dalam diri peserta didik melalui penyediaan lingkungan belajar, meliputi guru, media pembelajaran, bahan pelajaran, dan suasana kelas. Dalam proses pembelajaran ini peranan guru bukanlah sebagai pemberi materi kepada siswa, melainkan sebagai fasilitator bagi siswa. Siswa aktif belajar, sedangkan guru berperan dalam memberikan bantuan, pelayanan, serta fasilitas bagi siswa. Melalui proses belajar CBSA diharapkan guru bisa bekerja secara profesional, mengajar secara sistematis, dan berpikir bagaimana menyelenggarakan kegiatan pembelajaran aktif melalui strategi-strategi yang tepat. Penerapan CBSA ini lambat laun akan mencetak guru-guru yang dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan alam dan sosial budaya.
    
       C. Kadar CBSA dalam Pembelajaran
                        Kadar CBSA ini terjadi sebagai akibat dari adanya kecenderungan peristiwa pembelajaran, yakni pembelajaran yang berorientasi pada guru dan pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Kadar CBSA bergantung pada keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran. CBSA akan menunjukkan kadar yang tinggi jika pembelajaran berorientasi pada siswa, namun akan sebaliknya jika pembelajaran cenderung berorientasi pada guru. Kadar CBSA dalam proses pembelajaran, yaitu kadar tinggi, kadar sedang, dan kadar rendah.
                        Mc Keachie mengemukakah tujuh dimensi proses pembelajaran yang mengakibatkan terjadinya kadar ke-CBSA-an. Adapun dimensi-dimensi yang dimaksud adalah (Dimyati, Mudjiono 2013:119) :
1.      Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran,
2.      Tekanan pada aspek afektif dalam belajar,
3.      Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antarsiswa,
4.      Kekohesifan (kekompakan) kelas sebagai kelompok,
5.      Kebebasan atau lebih tepat kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan-keputusan penting dalam kehidupan sekolah,
6.      Jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan sekolah/pembelajaran.
             Menurut Raka Joni (1992:19-20), sekolah yang ber-CBSA dengan baik mempunyai karakteristik berikut :
a.       Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa berperan lebih aktif dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri, siswa berperan serta pada perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses belajar, pengalaman siswa lebih diutamakan dalam memutuskan titik tolak kegiatan.
b.      Guru adalah pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar, guru bukan satu-satunya sumber informasi, guru merupakan salah satu sumber belajar, yang memberikan peluang bagi siswa agar dapat memperoleh pengetahuan/keterampilan melalui usaha sendiri, dapat mengembangkan motivasi dari dalam dirinya, dan dapat mengembangkan pengalaman untuk membuat suatu karya.
c.       Tujuan kegiatan tidak hanya untuk sekedar mengejar standar akademis, selain pencapaian standar akademis, kegiatan ditekankan untuk mengembangkan kemampuan siswa secara utuh dan setimbang.
d.      Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa, dan memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep-konsep dengan mantap.
e.       Penilaian, dilaksanakan untuk mengamati dan mengukur kegiatan dan kemajuan siswa, serta mengukur berbagai keterampilan yang dikembangkan misalnya keterampilan berbahasa, keterampilan sosial, keterampilan matematika, dan keterampilan proses dalam IPA dan keterampilan lainnya, serta mengukur hasil belajar siswa.





















2.2 Pengertian dan Jenis-jenis Keterampilan Proses
       A. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses
                        Menurut Conny (1992) dalam bukunya Nyimas Aisyah (2011) pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan belajar-mengajar yang terfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar. Pendekatan keterampilan proses akan efektif jika sesuai dengan kemampuan intelektual siswa. Oleh karena itu, pendekatan ini harus tersusun secara urut dan logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa.
                        Pendekatan Keterampilan Proses bukanlah tindakan instruksional yang berada di luar kemampuan siswa. Namun, pendekatan keterampilan proses justru berfungsi untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki siswa. Pendekatan keterampilan proses memberikan kesempatan secara nyata bagi siswa untuk bertindak sebagai seorang ilmuwan. Konsekuensi yang harus diterima adalah guru tidak saja dituntut untuk mengembangkan keterampilan memperoleh dan memproses ilmu pengetahuan. Namun juga mengembangkan sikap dan nilai seorang ilmuwan dalam diri siswa.
                        Pendidikan keterampilan proses menuntut adanya keterlibatan fisik maupun mental-intelektual siswa. Pendidikan keterampilan proses tidak mungkin dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran yang tidak menerapkan CBSA. Pendidikan keterampilan proses akan berjalan secara optimal jika kadar CBSA tinggi. Pendidikan keterampilan proses berinteraksi secara timbal-balik dengan penerapan CBSA dalam proses pembelajaran.





     B. Rasional Pendekatan Keterampilan Proses
                        Terdapat dua aspek penting dalam kegiatan pembelajaran, yaitu :
1.      Aspek pertama adalah aspek hasil belajar yakni adanya perubahan perilaku dalam diri siswa.
2.      Aspek kedua adalah aspek proses belajar yakni sejumlah pengalam intelektual, emosional, dan fisik yang ada pada diri siswa.
Tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di sekolah haruslah membelajarkan siswa bagaimana belajar. Sekarang, guru bukan lagi berperan sebagai komunikator. Oleh karena itu, tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran do sekolah secara operasional adalah membelajarkan siswa agar mampu memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi dirinya sendiri.
                  Namun faktanya, penyelenggaraan kegiatan pembelajaran seperti yang dijelaskan di atas tidak sepenuhnya terwujud dalam pembelajaran di sekolah. Kegiatan pembelajaran di sekolah sering kali didasarkan pada dua premis, yaitu :
1.      Siswa belajar bukan karena hal yang dipelajarinya menarik atau menyenangkan baginya, tetapi siswa belajar hanya karena ingin menghindarkan diri dari ketidaksenangan bila ia tidak belajar. Dari premis di atas. Timbul tindakan yang mengondisikan adanya ancaman tidak naik kelas, nilai rendah, hukuman, dan yang lain agar siswa belajar.
2.      Guru merupakan “motor penggerak” yang membuat siswa untuk terus menerus belajar, sedangkan dalam diri siswa tidak ada kegiatan belajar spontan. Sedangkan, siswa sering kali dianggap “gentong kosong” yang harus diisi oleh guru dengan ilmu pengetahuan.
      Adanya dua premis di atas menyebabkan kegiatan pembelajaran cenderung menjadi kegiatan “penjajahan” daripada kegiatan “pemanusiaan”. Karena siswa benar-benar dijadikan objek kegiatan pembelajaran.
            Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) diperlukan untuk mencapai kegiatan pembelajaran yang ideal dan realistis sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang diidealkan pada penjelasan sebelumnya.
      Penerapan PKP dalam kegiatan pembelajaran didasarkan pada hal-hal berikut, yaitu :
a.         Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi
                    Percepatan perubahan IPTEK ini tidak memungkinkan bagi guru untuk bertindak sebagai satu-satunya penyalur fakta dan teori-teori. Maka diperlukan adanya pengembangan keterampilan memperoleh dan memproses fakta, konsep, dan prinsip pada diri siswa.
b.        Pengalaman intelektual, emosional, dan fisik dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal
            Kegiatan pembelajaran mampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk unjuk-kerja melalui sejumlah keterampilan memproses fakta, konsep, dan prinsip yang dibutuhkan.
c.    Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi keberadaan ilmu
          Menuntuk adanya pengelana terhadap tata cara pemerolehan dan pemrosesan kebenaran ilmu yang bersifat sementara. Hal ini akan mengarahkan siswa pada kesadaran akan keterbatasan dan keunggulan manusia, dibandingkan dengan keterbatasan dan keunggulan teknologi.

3.         Jenis-Jenis Keterampilan Proses
                        Keterampilan-keterampilan dalam keterampilan proses dibagi menjadi dua, yaitu keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar dalam keterampilan proses dapat dikelompokkan menjadi tujuh keterampilan proses, yaitu mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan, penelitian, dan mengomunikasikan. Keterampilan-keterampilan proses tidak dapat dikembangkan pada semua bidang studi untuk semua keterampilan yang ada. Hal ini menuntut adanya kemampuan guru untuk mengenal karakteristik bidang studi dan pemahaman terhadap masing-masing keterampilan proses.
a.              Mengamati
            Kemampuan mengamati merupakan kemampuan paling dasar dalam memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang lain.
                        Mengamati memiliki dua sifat utama, yaitu sifat kualitatif dan sifat kuantitatif.
-    Bersifat kualitatif, jika hanya menggunakan pancaindra untuk memperoleh informasi.
-    Bersifat kuantitatif, jika dalam mengamati tidak hanya menggunakan pancaindra tetapi juga menggunakan peralatan lain untuk memberikan informasi yang tepat.
b.              Mengklasifikasi
            Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud.
c.              Mengomunikasikan
      Mengomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan, dalam bentuk suara, visual, dan suara visual.
d.             Mengukur
                        Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
e.              Memprediksi
      Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.

f.              Menyimpulkan
                        Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui.
      Sedangkan keterampilan terintegrasi, diuraikan sebagai berikut :
1.      Mengenali variabel
            Kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan mengenali variabel, yaitu menentukan variabel yang ada dalam suatu pernyataan, membedakan suatu pernyataan sebagai variabel bebas atau terikat, dan memberikan contoh variabel.
2.      Membuat tabel data
            Keterampilan membuat tabel data perlu dibelajarkan kepada siswa karena fungsinya yang penting untuk menyajikan data yang diperlukan penelitian.
3.      Membuat grafik
            Keterampilan membuat grafik adalah kemampuan mengolah data untuk diajikan dalam bentuk visualisasi garis atau bidang datar dengan variabel termanipulasi selalu pada sumbu datar dan variabel hasil selalu ditulis pada sumbu vertikal.
4.      Menggambarkan hubungan antar variabel
            Keterampilan hubungan antar variabel dapat diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikan hubungan antar variabel termanipulasi dengan variabel hasil. Atau dengan kata lain, hubungan antar variabel-variabel yang sama.
5.      Mengumpulkan dan mengolah data
            Keterampilan mengumpulkan dan mengolah data adalah kemampuan memperoleh informasi atau data dari orang atau sumber informasi lain, secara lisan, tertulis, atau pengamatan dan mengkajinya lebih lanjut secara kualitatif atau kuantitatif sebagai dasar pengujian hipotesis atau penyimpulan.
6.      Menganalisis penelitian
            Keterampilan menganalisis penelitian merupakan kemampuan menelaah laporan penelitian orang lain untuk meningkatkan pengenalan terhadap unsur-unsur penelitian.
7.      Menyusun hipotesis
            Keterampilan menyusun hipotesis dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyatakan dugaan yang dianggap benar mengenai adanya suatu faktor yang terdapat dalam satu situasi, maka akan ada akibat tertentu yang dapat diduga akan timbul.
8.      Mendefinisikan variabel
            Keterampilan mendefinisikan variabel dapat diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikan variabel beserta segala atribut sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda.
9.      Merancang penelitian
            Merancang penelitian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mendeskripsikan variabel-variabel yang dimanipulasi dan direspons dalam penelitian secara operasional, kemungkinan dikontrolnya variabel hipotesis yang uji dan cara mengujinya, serta hasil yang diharapkan dari penelitian yang akan dilaksanakan.
10.  Bereksperimen
            Bereksperimen dapat diartikan sebagai keterampilan untuk mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide tersebut.

2.3  Penerapan Pendekatan CBSA dan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran
A.    Penerapan Pendekatan CBSA dalam Pembelajaran
      Peningkatan kadar CBSA dari suatu proses pembelajaran berarti mengarahkan proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Konsekuensi yang harus diterima dari adanya pembelajaran berdasarkan siswa, yaitu :
1.      Guru merupakan seorang pengelola dan perancang dalam proses pembelajaran.
2.      Guru dan siswa menerima peran kerja sama.
3.      Bahan-bahan pembelajar telah dipilih berdasarkan kelayakannya.
4.      Penting untuk melakukan identifikasi dan penuntasan syarat-syarat belajar.
5.      Siswa dilibatkan dalam pembelajaran.
6.      Tujuan ditulis secara jelas.
7.      Semua tujuan diukur/dites.
                        Untuk dapat mengelola dan merancang program pembelajaran dan proses pembelajaran, guru hendaknya mengenal faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran. Faktor-faktor tersebut, yaitu :
a.                   Karakteristik tujuan, mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang ingin dicapai atau ditingkatkan sebagai hasil kegiatan.
b.                   Karakteristik mata pelajaran atau bidang studi, meliputi tujuan, isi pelajaran, urutan, dan cara mempelajarinya.
c.                   Karakteristik siswa, mencakup karakteristik perilaku, masukan kognitif dan afektif, usia, jenis kelamin, dan yang lain.
d.                  Karakteristik lingkungan atau setting pembelajaran, mencakup kuantitas dan kualitas prasarana, alokasi jam pertemuan, dan yang lain.
e.                   Karakteristik guru, meliputi filosofinya tentang pendidikan dan pembelajaran, kompetensinya dalam teknik pembelajaran, kebiasaannya, pengalaman pendidikannya, dan yang lain.
                        Agar seorang guru mampu menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang memiliki kadar CBSA tinggi, maka dalam memilih dan menentukan teknik pembelajaran atau sistem penyampaian hendaknya benar-benar mempertimbangkan kemanfaatan teknik pembelajaran yang dipilihnya.
                        Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai prosedur rutin atau suatu cara yang telah ditentukan sebelumnya untuk menyampaikan pesan dengan bahan, alat, latar, dan orang, yang pada akhirnya akan membentuk sistem instruksional.
                        Teknik pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik guru, karakteristik tujuan, karakteristik mata pelajaran atau bidang studi, karakteristik siswa, dan karakteristik bahan alat pembelajaran.
                        Seiring dengan meningkatnya kemampuan guru sebagai katalisator dalam kegiatan pembelajaran, meningkat pula kadar CBSA dalam proses pembelajaran yang diselenggarakannya. Kadar CBSA dalam suatu proses pembelajaran terlihat sejak guru membuat persiapan pembelajaran, yakni pada jabaran kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru maupun siswa.
B.     Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Proses Pembelajaran
                        Untuk dapat menerapkan PKP dalam pembelajaran, guru perlu mempertimbangkan dan memperhatikan karakteristik mata pelajaran atau bidang studi. Selain itu, guru juga perlu memahami bahwa dalam suatu pembelajaran dapat terjadi pengembangan lebih dari satu macam keterampilan proses.
                        Penerapan keterampilan dasar dalam PKP tidak hanya berhenti pada jenjang Sekolah Dasar, tetapi diterapkan pada semua jenjang pendidikan untuk mendukung penerapan keterampilan terintegrasi PKP.
                        Penjelasan teoritis tentang keterampilan terintegrasi PKP diperlukan agar siswa mudah dalam melakukannya. Keterampilan terintegrasi PKP merupakan keterampilan melaksanakan suatu kegiatan penelitian, maka penerapannya dalam pembelajaran hendaknya dilakukan sesuai dengan urutan hierarki. Artinya, sebelum satu keterampilan benar-benar dikuasai oleh siswa jangan berpindah kepada keterampilan yang lain.
     




















BAB 3
Penutup
3.1  Kesimpulan
Guru dan siswa merupakan pelaku utama dalam kegiatan pembelajaran. Interaksi antara keduanya sangat diperlukan demi tercapainya tujuan dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran yang selama ini ditemui, guru memiliki peran yang lebih dominan dibanding siswa. Sehingga hal ini akan menyulitkan tercapainya tujuan dari kegiatan pembelajaran tersebut. Hal ini dapat diperbaiki dengan diterapkannya pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang mengoptimalkan keterlibatan intelektual, emosional, dan fisik siswa dalam pemerolehan pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan. Selain itu, penerapan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) juga diperlukan dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini mengembangkan keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan siswa sendiri. Dalam proses pembelajaran penerapan PKP berinteraksi timbal-balik dengan penerapan CBSA.
















DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.